Ah, JetPack… Siapa pengguna WordPress self-hosting yang tidak kenal dengan JetPack? Plugin resmi dari Automattic Inc yang satu ini sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perjalanan seorang blogger yang memilih ‘jalur keras’ dalam dunia per-blogging-an. Karena setiap memilih plugin apa yang mau digunakan, maka JetPack selalu berada dalam daftar atas rekomendasi plugin.
Bagaimana tidak? Fiturnya super lengkap. Semua yang dibutuhkan oleh blogger pemula ada di sana. Segala fitur-fitur essential yang bisa membuat blog self-host Anda menjadi terasa seperti blog WordPress.com ada di sana.
Anda bisa menggunakan fitur komentar dari WordPress yang memungkinkan pengguna untuk login menggunakan akun media sosial. Anda bisa menggunakan widget sosial media untuk meningkatkan hubungan dan komunikasi Anda dengan pembaca setia Anda.
Ada fitur mailing list untuk mengirimkan tulisan Anda langsung ke inbox pengguna. Bahkan ada fitur statistik yang bisa memberikan gambaran ke pada Anda betapa populernya blog Anda di dunia maya.
Tapi mungkin seperti yang saya tuliskan di atas tadi. Itu semua adalah fitur-fitur yang dibutuhkan oleh blogger pemula. Semakin ke sini, saya merasa fitur-fitur yang disediakan oleh JetPack semakin tidak berguna.
Apakah ini pertanda sekarang saya sudah menjadi seorang blogger professional?
Masih belum!
Tapi saya lebih senang mendeklarasikan diri saya sebagai ‘blogger berpengalaman’.
Karena memang saya sudah berpengalaman. Sudah tua dan sudah sepuh walaupun memang masih banyak gagalnya daripada berhasilnya.
Tapi hey, itu tidak masalah. Kita semua belajar dari pengalaman dan kegagalan.
Sekarang kita kembali ke judul tulisan ini: Selamat Tinggal JetPack.
Apa artinya itu?
Well, sekarang saya tidak menggunakan JetPack lagi. Karena seperti yang saya bilang tadi, semakin ke sini, saya merasa fitur-fitur yang disediakan oleh JetPack tidak terlalu bermanfaat.
Tapi tentu saja, langkah yang saya lakukan ini memiliki alasan. Apa saja alasannya?
1. Statistik AMP Tidak Akurat
Saya sudah pernah membahas ini pada tulisan Google AMP Bikin Pengunjung Meningkat, Tapi…. itu semua gara-gara statistik dari JetPack yang tidak akurat. Bagaimana tidak? JetPack akan tetap menghitung kunjungan walaupun blog kita hanya berada di hasil pencarian.
Artinya, ketika Anda mencari blog saya menggunakan Google melalui smartphone dan blog saya ada di hasil pencarian tersebut (dan ada logo petirnya) maka itu sudah dianggap sebagai 1 kali kunjungan oleh JetPack.
Lha? Padahal belum tentu calon pengunjung ingin membaca blog saya, tapi sudah dihitung sebagai kunjungan, di mana letak akurasinya?
Hal ini cukup menjengkelkan. Mengapa? Karena itu PHP namanya.
Saya sudah senang pengunjung blog ini rata-rata 200 views/hari. Bahkan saking senangnya, saya sudah memasang bejubel iklan diblog saya agar saya cepat kaya, tapi kenyataannya jika saya lihat pageviews di AdSense, semuanya tidak seperti yang saya harapkan…
Jika saya bandingkan dengan statistik pada Google Search Console, well… Google Search Console setuju dengan Google AdSense: Lu masih lama kaya-nya bro.
Maka dari itu, saya merasa sudah cukup setiap hari melihat statistik di dashboard blog saya yang berisi informasi tidak akurat dan menyesatkan.
Selain itu statistik yang terlalu bagus dari JetPack tersebut membuat saya menjadi cepat puas. Sesuatu yang membuat akhir-akhir ini saya menjadi agak malas ngeblog.
2. Sitemap Ngaco
Salah satu fitur dari JetPack yang saya gunakan adalah fitur pembuatan sitemap secara otomatis oleh JetPack. Dengan adanya fitur tersebut saya tidak perlu lagi pakai plugin lain cuma untuk sekedar bikin sitemap.
Tapi saya salah, saya terlalu menganggap remeh isi dari sitemap ini.
Saya pikir semua sitemap itu sama saja. Jadi pakai plugin apapun untuk membuatnya, maka hasilnya akan sama saja. Jadi ngapain pakai plugin lain kalau di JetPack bisa?
Well, sitemap dari JetPack ini ternyata yang menjadi akar masalah mengapa saya sering dapat pesan error di Google Search Console.
Seperti yang kita ketahui, jika kita sudah men-submit sitemap ke Google Search Console, maka kita akan melihat bagaimana status ke-index-an blog kita. Kita bisa melihat ada berapa banyak halaman blog kita yang sudah ter-index dan di sana kita juga akan diberikan informasi jika ada halaman yang gagal ter-index.
Nah, blog saya karena dikelola oleh orang yang memiliki pengalaman di dunia per-blogging-an ini, maka blog ini jarang sekali menerima pesan error.
TAPI! Sekali sebulan ada-ada saja pesan error yang masuk!
Apanya yang error? Ada halaman yang hilang.
Halaman apa yang hilang? Halaman dari tulisan yang belum saya publish!
Saya heran, bagaimana bisa Google meng-index halaman yang belum di publish? Lalu dengan bodohnya mengirim pesan error bahwa halaman tersebut tidak dapat di-index karena tidak ada!
Setelah melakukan penelitian secara intensif, saya menemukan biang kerok masalah yang satu ini. Apalagi kalau bukan JetPack!
JetPack dengan lugunya mengirimkan sitemap semua halaman yang ada di blog saya termasuk halaman dari tulisan yang belum saya publish. Artinya tulisan tersebut masih berada di draft dan belum pernah diterjunkan ke dunia maya. Google tentu saja akan mengindex blog saya sesuai dengan sitemap yang dikirim oleh JetPack. Nah, ketika Google mengindex halaman yang belum dipublish tersebut, maka Google tidak akan menemukannya karena memang belum dipublish!
Sebuah masalah yang cukup menghabiskan waktu saya yang berharga bermain Factorio. Saya bahkan pernah menghabiskan semalaman untuk menyelesaikan semua tulisan yang belum dipublish tersebut agar blog saya berhasil diindex semua.
Setelah menemukan akar masalah tersebut, saya me-non-aktifkan fitur sitemap dari JetPack dan mencoba menggunakan plugin Google XML Sitemaps untuk mengurusi pembuatan sitemap. Seperti yang saya duga, terdapat penurunan jumlah halaman yang di-index. Mengapa? Karena Google XML Sitemaps tidak melakukan kesalahan seperti JetPack: mengirim halaman yang belum dipublish.
Dengan begitu saya senang dan semakin pesimis dengan kemampuan dari JetPack.
Sangat disayangkan karena saya jarang sekali menemukan orang yang menyadari hal seperti ini. Mungkin nanti saya akan membuat laporannya di forum WordPress agar dilakukan pembaharuan pada JetPack. Tapi buat saya, hal itu sudah terlambat…
3. Sulit Dikustomisasi
Saya pernah menggunakan theme premium di blog ini karena dapat promo tema gratisan dari Dewaweb. Setelah menggunakan cukup waktu untuk melakukan kustomisasi pada tema premium tersebut (tema yang saya pakai adalah Extra), saya menemukan sebuah kendala: saya tidak bisa mengubah tampilan widget dari JetPack.
Sangat menyedihkan melihat widget dari JetPack memiliki desain dan warna yang tidak padu dengan tema yang sudah saya kustomisasi. Saya sudah mencoba berbagai cara dan sudah melakukan banyak searching untuk mengatasi masalah yang satu ini karena saya benar-benar ingin menggunakan tema premium tersebut di blog saya. Dan tentu saja, saya juga ingin menggunakan widget dari JetPack!
Namun dengan menggunakan widget dari JetPack (berupa widget Facebook Page dan Twitter) saya tidak bisa melakukan kustomisasi sesuai dengan tema yang saya gunakan. Sedikit bikin frustrasi.
Akhirnya saya memilih untuk tidak menggunakan widget tersebut.
Dan beberapa hari kemudian saya juga memilih untuk tidak lagi menggunakan tema premium tersebut.
Tidak hanya widget saja memang… Pada kenyataannya memang sedikit sekali kustomisasi yang bisa kita lakukan pada JetPack. Salah satunya adalah kolom komentar JetPack yang jelek minta ampun dan tidak bisa diubah sesuai dengan tema yang kita gunakan.
Ah, sudahlah JetPack.
Dan alasan-alasan lainnya…
Sebenarnya ada banyak alasan mengapa banyak para expert di luar sana tidak merekomendasikan menggunakan JetPack pada WordPress self-host. Seperti ukuran file plugin yang besar, membuat loading web jadi lambat, proses berat dan lain-lainnya, tapi apa dikata saya dulu adalah pemula. Saya dulu memiliki pikiran positif bahwa JetPack ini benar-benar akan berguna bagi kemajuan blog saya. Terserah para expert tersebut mau berkata apa, saya kalau tekun ngeblog nanti juga bakalan jadi expert dan akan menertawakan mereka yang tidak merekomendasikan pakai Jetpack dahulu.
Tapi begitulah hidup… kadang pendapat naif yang ada pada pikiran kita dahulu tidak selalu benar. Waktu akan perlahan-lahan membawa kita pada titik di mana kita berada di posisi orang-orang yang sudah berpengalaman sebelum kita. Lalu di sanalah kita bisa menjadikan diri kita sendiri sebagai orang yang berpengalaman.
Pada kenyataannya, jika Anda tanya pada saya saat ini tentang kelebihan menggunakan JetPack, maka sungguh, saya tidak tahu jawabannya apa.
Oke begitulah, saya merasa bahwa saya tidak akan menyesali keputusan saya me-uninstall JetPack dari blog saya. Mungkin nanti saya akan membuat tulisan tentang kekurangan dan kelebihan (jika saya ingat kelebihannya apa) menggunakan JetPack di WordPress self-host.
Sekarang ada banyak kerjaan menunggu. Saya sudah satu bulan tidak upload video ke YouTube!
Ludy says
Wah… Mantap artikelnya… Saya sependapat soal sulitnya custom jetpack (selfhosted), terlalu banyak modul yang dibawa dan terkadang gak semuanya kita butuh. Alhasil loading webnya makin lelet…
Riky Fahri Hasibuan says
Sama mas, saya juga udah lama ga pakai jetpack. padahal saya suka banget dengan fitur CDN dan statistiknya. Kalau pakai monstersight musti bayar kalau yang versi lengkapnya.
kabuto says
Saya lebih suka yoast dari pada jetpack
Prajna Vita says
Wah, makasih informasinya Mas. Saya pake jetpack dan sering banget dapet email kalau halaman saya tidak.bisa diakses. Sepertinya memang berat.,
Lubis says
Terus… Sekarang gantinya apa saja…?