Saya punya akun Facebook sudah cukup lama sekali. Sudah 8 tahun. Atau bisa dibilang, saya mendaftar Facebook pada tahun 2009. Pada saat itu Friendster masih asik-asiknya. Facebook masih muka baru. Belum banyak orang yang pakai Facebook. Cari teman susah di Facebook. Tampilannya, duh… classic.
Saya tidak tahu berapa banyak waktu yang sudah saya habiskan mengakses Facebook. Yang pasti, sangat banyak dan sangat berharga.
Sesuatu yang seharusnya saya sesali. Waktu saya sudah terlalu banyak terbuang. Tapi mengapa baru akhir-akhir ini saya menyadarinya?
Tidak ada seorang procrastinator yang tidak pernah membuang-buang waktunya untuk sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu penting. Akhir-akhir ini di Facebook saya memang tidak pernah buat status lagi. Status terakhir saya adalah pada saat Italy tersingkir dari Piala Dunia 2018. Sekarang saya cuma mondar-mandir di grup-grup yang saya ikuti. Mana tahu ada anggota yang bertanya, maka saya dengan senang hati akan menjawab. Sesekali saya juga mencantumkan link ke blog ini dengan sedikit harapan ada yang mengunjungi blog saya yang sederhana ini.
Terkadang saya juga mendapatkan ide-ide tulisan dari postingan-postingan para anggota.
Tapi tidak semua grup yang memiliki anggota ramah dan baik hati. Tidak semua orang yang bisa menerima pendapat orang lain begitu saja tanpa ada sedikit perdebatan. Tidak semua orang suka dengan cara saya yang mencantumkan link blog saya sebagai referensi. Bahkan ada yang berkomentar bahwa saya mencari ‘receh’ dengan posting-posting link blog saya sendiri.
Lama-lama saya akhirnya menyadari, saya malah lebih banyak membuang waktu saya di Facebook akhir-akhir ini dari pada yang saya habiskan dahulu.
Perdebatan di grup terkadang membuat kepala saya panas dan menghabiskan waktu berjam-jam untuk mencari semua materi yang bisa saya dapatkan untuk mendukung sesuatu yang saya pertahankan. Namun itu malah membuat waktu saya semakin banyak terbuang karena pada dasarnya sebuah perdebatan di internet tidak akan ada habisnya.
Komentar-komentar pedas orang (yang seharusnya tidak perlu saya hiraukan) membuat saya kehilangan mood untuk melakukan pekerjaan apapaun. Itu biasanya dilanjutkan dengan main game atau browsing meme hingga mood saya membaik.
Jika begini ceritanya, bagaimana saya bisa fokus mengelola channel YouTube saya? Bagaimana saya mau berhasil mengelola channel YouTube sedangkan saya lebih banyak mengurusi hal-hal yang tidak penting dan tidak menghasilkan apapun?
Memang, saya tidak pernah keberatan terlibat dalam sebuah diskusi atau menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka yang belum tahu tentang suatu hal. Saya senang bisa membantu orang. Saya merasa bangga jika orang yang saya bantu mengucapkan terima kasih. Tapi apakah itu tujuan saya membuat blog dan membuat channel YouTube? Untuk jadi orang baik hati yang dengan senang hati membantu orang yang sedang kesusahan?
Membantu orang adalah pekerjaan mulia. Saya tahu itu. Tapi, siapa orang yang membantu saya?
Ah, saya baru ingat. Saya jarang sekali memulai diskusi di grup. Kalaupun ada, biasanya tidak banyak orang yang peduli.
Saya terkadang men-share postingan di blog ini (yang saya anggap sangat berguna) ke grup. Lalu diikuti dengan caption “Semoga bermanfaat :)”. Lalu beberapa menit kemudian dapat beberapa like dan 1 atau 2 komentar. Lalu postingan saya tenggelam begitu saja.
Mungkin sudah saatnya saya bersikap lebih egois dan mulai menghabiskan waktu untuk membantu diri saya sendiri?
Atau saya keluar saja dari grup yang saya ikuti?
Atau saya hapus saja akun Facebook saya untuk selamanya?
Pilihan yang belum saya putuskan. Terkadang saya berpikir, mengikuti grup di Facebook bisa bermanfaat. Seperti mendapat ide tulisan seperti yang saya sebut tadi.
Menghapus Facebook pun juga dirasa sayang sekali karena cukup banyak kenangan yang masih tersimpan di akun Facebook saya. Walaupun bisa di-donwload sih. Selain itu saya juga memiliki fans page di Facebook yang saat ini sudah memiliki 32 likes. Jumlah kecil, namun saya percaya pada suatu hari nanti jumlahnya akan meningkat.
Alasan yang klise sebenarnya.
Tapi begitulah, saya sama sekali belum bisa memutuskan apa langkah yang akan saya lakukan.
Butuh waktu untuk memutuskan hal tersebut. Kita lihat saja hingga akhir bulan ini.
Leave a Reply